Selamat datang di website resmi pemerintah Kabupaten Sidrap

PROFIL WILAYAH

SEJARAH KABUPATEN SEDENRENG RAPPANG

SEJARAH SINGKAT HARI JADI SIDENRENG RAPPANG KE-670 TAHUN 2014
TANGGAL 18 PEBRUARI 1344 – TANGGAL 18 PEBRUARI 2014

Cikal Bakal terbentuknya Kerajaaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang sebagaimana Lazimnya dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan dari berbagai Referensi, Fakta dan Sejarah disebutkan dalam 2 (Dua) versi yakni :

  1. Versi Pertama berasal dari “TO MANURUNG” yaitu manusia yang dikirim “DEWATA SEUWAE” kesuatu daerah yang belum tertata baik pola perilaku dan sendi=sendi pranata sosialnya serta relative belum memiliki kearifan local dalam membina kebersamaan dan persatuan. Menurut Versi ini, “ADDAOWANG SIDENRENG PERTAMA” adalah manurungnge ri Bulu Lowa, yang telah mangkat digantikan oleh anaknya yaitu “SUKKUNG PULAWENG” sebagai Raja Ke-II (Dua), yang kemudian kawin dengan “WE PAWAWOI ARUNG BACUKIKI” Putri Labengnge Manurungnge Ri Bacukiki, dari perkawinannya dengan “WE TIPU LINGE ARUNG RAPPANG KE-I (Pertama)”.
  2. Versi Kedua yang termuat dalam lontarak “MULA RITIMPAKNA TANAE RI SIDENRRENG” menyebutkan bahwa asal muasal Raja di Sidenreng dan Rappang berasal dari Tana Toraja keturunan “RAJA SANGALLA” yang terdiri dari : 1) LA MADDAREMMENG; 2) LA WEWANGRIWU; 3) LA TONGELLIPU; 4) LA SAMPOI; 5) LA PAKOLONGI; 6) LA PABABARI; 7) LA PANAUNGI; 8) LA MAPPASESSU; 9) LA MAPPATUNRU.
Karena ketidak sepahaman dengan anak Pertama LAMADDAREMMENG, maka ke-8 (Delapan) keturunan Raja Sangalla yang lainnya sepakat meninggalkan kampong halamannya, kemudian ketika tiba dikampung kaju suatu tempat antara Banti di Baraka dengan Bunging Riase di Maiwa, mereka melihat hamparan air diarah selatan lalu menuruni gunung dan akhir tiba di suatu lembah yang sebelah baratnya digenangi air yang ternyata adalah DANAU.

Kemudian merekapun “SIRENRENG-RENRENG ARUWA MAPPADAROAWANE” (saling bergandengan tangan kedelapan bersaudara). Setelah memenuhi kebutuhannya dan menikmati keindahan Danau, maka mereka bersepakat dan mengemukakan bahwa “OKKONI’E RI ORAI TAPPARENG MADECENG PADA MONRO”, yang artinya sebaiknya disebelah barat danau inilah kita tinggal dan membuat perkampungan. Mulai pada saat itu, mereka bermukim di suatu tempat yang dinamai “SIDENRENG” sebab disitulah mereka “SIRENRENG-RENRENG” mencari jalan ketepi Danau, dan Danau itu disebut “DANAU SIDENRENG”. Daerah ini tereletak disebelah utara Sidenreng disebut “EMPAGAE”.

Seiring dengan berjalannya waktu “DATU PATINA” yang mengasingkan diri kesuatu tempat yang jauh, lalu mempersunting cucu Raja Sangalla atau Putri Sulung La Maddaremmeng bernama “WE BOLONG PATTINA”. Tidak lama berselang Datu Patila kemudian bermukim di Rappang dan menjadi RAJA DI RAPPANG dan WE BOLONG PATTINA menjadi ADDAOWANG SIDENRENG YANG PERTAMA. Addaowang Sidenreng Pertama WE BOLONG PATTINA di karunia anak Pertama seorang Perempuan yang bernama WE TIPU ULENG, yang menjadi RAJA DI SIDENRENG sebagai ADDAOWANG. Sedangkan anak Keduanya bernama LA MALLIBURENG, menjadi RAJA DI RAPPANG.

Pada masa kepemimpinan WE TIPU ULENG, rakyat Sidenreng tidak menginginkan di Perintah oleh seorang Perempuan, kemudian pada saat bersamaan pula Kepemimpinan LA MALLIBURENG di Rappang tidak diinginkan oleh masyarakat Rappang disebabkan berbagai hal. Oleh karena itu, masyarakat Rappang menghadap Raja Sidenreng WE TIPU ULENG, memohon agar berkenan menjadi Raja Rappang, bertukar dengan adiknya LA MALLIBURENG. Sehingga mulai pada saat itu Rappang di Perintah oleh WE TIPU ULENG dengan gelar “PETTA’E RAPPENG” dan Sidenreng di Perintah oleh LA MALLIBURENG dengan gelar “ADDAOWANG SIDENRENG”. Karena kerajaan Rappang di Pimpin oleh seorang Perempuan, maka untuk pelaksanaan tugas sehari-hari dilaksanakan oleh “SULEWATANG” sebagai pengganti diri Raja dan dibantu oleh Kadhi dan Pabbicara.

Pada saat kedua Bersaudara bertukar Wilayah Kerajaan, PETTA’E RAPPANG dan ADDAOWANG SIDENRENG keduanya mengadakan perjanjian dengan ikrar sebagai berikut “MATE ELE’I RAPPENG, MATE ARWENGNGI SIDENRENG, LETTU PADDIMONRINNA TEPPINRA-PINRA” yang berarti “ KALAU RAPPANG MATI DI PAGI HARI, MAKA SIDENRENG AKAN MENYUSUL PADA SORE HARINYA SAMPAI KEMUDIAN HARI TIDAK BERUBAH SEDIKITPUN”. Hal ini merupakan ikrar sehidup semati yang dipegang teguh setiap Raja atau Arung yang memerintah pada kedua Kerajaan tersebut. Meskipun demikian, Kedua Kerajaan ini memiliki perbedaan mendasar di dalam system Pemerintahannya masing-masing sebagai berikut “KERAJAAN SIDENRENG YANG MANGANUT SISTEM PEMERINTAHAN DARI ATAS KEBAWAH” yang dalam bahasa bugisnya dikenal dengan istilah “MASSORONG PAWO” dan “KERAJAAN RAPPANG YAG MENGANUT SISTEM PEMERINTAHAN DARI BAWAH KEATAS” yang dalam bahasa bugisnya dikenal dengan istilah “ MANGELLE PASANG”.

Mengacu pada Lontarak “MULA RITIMPAKNA TANA’E RI SIDENRENG” dan buku sejaraj Sidenreng Rappang diungkapkan bahwa kerajaan Sidenreng lahir lebih awal dari kerajaaan Rappang, sehingga titik tolak perhitungan tahun terbentuknya Sidenreng Rappang berpedoman pada Pemerintahan Raja Pertama Sidenreng. Oleh karena tertulis dalam Lontarak , hanya catatan pada masa Pemerintahan mulai saat masuk islam di Sidenreng, yaitu pada Pemerintahan Addaowang Sidenreng Ke-10 (sepuluh) LA PATIROI atau LA PAGALA yang lebih dikenal dengan nama “NENE MALLOMO” yang memimpin selama 26 (Dua Puluh Enam) tahun, mulai tahun 1605 sampai dengan tahun 1631. Dengan mengantarkan Kerajaan Sidenreng berinteraksi dengan Kerajaan lain di Jazirah Sulawesi, yang salah satu pernyataannya hingga kini masih dikenang, yakni “ ADE’E TEMMAKIANA’ TEMMAKIAPPO” yang berarti Adat dan Aturan tidak mengenal Anak atau Cucu, dengan kata lain tidak Pandang Bulu.

Pada masa Pemerintahan dari Raja Ke-10 sampai akhir masa Pemerintahan Raja Ke-21 (Dua Puluh Satu) yakni LA CIBU yang menjadi Pemimpin mulai Tahun 1909 sampai Tahun 1949. Dari semua perhitungan Kepemimpinan antara Raja I (Pertama) hingga Raja Ke-9 (Sembilan) di Rata-Ratakan untuk setiap Raja dengan masa Kepemimpinan selam 29 (Dua Puluh Sembilan) Tahun. Sehingga di Peroleh perhitungan masa Pemerintahan Raja I (Pertama) hingga Raja Ke-9 (Sembilan) adalah selama 261 (Dua Ratus Enam Puluh Satu) Tahun.

Berpatokan pada Tahun 1605, ditarik mundur dalam rentang waktu 261 (Dua Ratus Enam Puluh Satu) Tahun di peroleh angka Tahun 1344 (Seribu Tiga Ratus Empat Puluh Empat) ditetapkan sebagai awal berdirinya KERAJAAN SIDENRENG. Oleh karena tidak ditemukannya Referensi mengenai tanggal terbentuknya Kerajaan Sidenreng atau Kerajaan Rappang, maka dilakukan pendekatan Filosofis bahwa Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang adalah Bersaudara, sehinggan penentuan tanggalnya didasari, bahwa :

1. Dari kesembilan anak Raja Sangalla yang menjadi perintis “RI TIMPA’NA TANA’E RI SIDENRENG”, 1 (satu) orang Saudara tertuanya mengalami kerinduan dan mencari 8 (Delapan) Saudaranya di Sidenreng, setelah mereka bertemu kemudian memohon maaf atas segala sikap dan perilaku yang menyebabkan adiknya meninggalkan kampong halaman. Dengan penuh ikhlas ke 8 (Delapan) adiknya menerima permohonan maaf kakaknya dan memohon agar kakak tertuanya tinggal di Sidereng, sehingga mereka dapat hidup bersama lagi dan tidak berpisah, denganmenggabungnya 1 (satu) orang kakak tertua mereka dengan ke 8 (Delapan) adiknya, hal ini menggambarkan pertautan angka 1 dan 8 menjadi angka 18 (Delapan Belas).

2. Pada masa Kerajaan terdapat 14 (Empat Belas) ARUNG dan 4 (Empat) PABBICARA, sehingga jika digabung maka angkanya menjadi 18 (Delapan Belas).

3. Kemuadian Tanggal Pelantikan Bapak H. ANDI SAPADA MAPPANGILE sebagai Bupati Sidenreng Rappang yang Pertama yakni Tanggal 18 (Delapan Belas). Seperti halnya dengan penentuan Tanggal terbentuknya Sidenreng Rappang, maka penentuan Bulannya ditetapkan berdasarkan Bulan Pelantikan H. SAPADA MAPPANGILE sebagai Bupati Sidenreng Rappang yang Pertama Yakni Bulan Pebruari.

Dari Uraian tersebut, dengan jelas telah tergambar bahwa keberadaan Sidenreng Rappang terbentuk pada tahun 1344 Bulan Pebruari Tanggal 18 atau jelasnya 18 Pebruari 1344, sebagaimana penetapan secara bersama Pemerintah Daerah dengan DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang, yang termuat di dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Hari Jadi Sidenreng Rappang. Selanjutnya memasuki masa pemberlakuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Di Sulawesi, Kewedanan Sidenreng Rappang dan Swapraja Rappang dibentuk menjadi Daerah Tingkat II Sidenreng Rappang dengan Pusat Pemerintahannya berkedudukan di Pangkajene Sidenreng yang meliputi 7 (Tujuh) Wilayah Kecmatan yaitu :
1) KECAMATAN DUA PITUE;
2) KECAMATAN MARINTENGNGAE;
3) KECAMATAN PANCA LAUTANG;
4) KECAMATAN TELLU LIMPOE;
5) KECAMATAN WATANG PULU;
6) KECAMATAN PANCA RIJANG DAN
7) KECAMATAN BARANTI.

Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi, maka terbitlah Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor U.P.7 / 37-374 Tanggal 28 Januari 1950 yang menetapkan “H. ANDI SAPADA MAPPANGILE” sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidenreng Rappang yang Pertama, dan pelantikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, Tanggal 18 Pebruari 1960.

Sejak terbentuknya Daerah Kabupaten Sidenreng Raappang, hingga saat ini secara Kronologis Pimpinan Daerah dapat dikemukakan sebagai berikut :
A. BUPATI DAN WAKIL BUPATI MASING-MASING :
1. H. ANDI SAPADA MAPPANGILE (1960 – 1966)
2. H. ARIFIN NU’MANG (1966 – 1978)
3. H. OPU SIDIK (1978 – 1988)
4. H. M. YUNUS BANDU (1988 – 1993)
5. Drs. A. SALIPOLO PALLALOI (1993 – 1998)
6. H. S. PARAWANSA, SH (1998 - 2003)
    Drs. H. A. M. RIDWAN, M. SI (WAKIL BUPATI)
7. H. ANDI RANGGONG (2003 – 2008)
    H. MUSYAFIR KELANA ARIFIN NU’MANG (WAKIL BUPATI)
8. H. RUSDI MASSE (2008 – 2013)
    Ir. H. DOLLAH MANDO (WAKIL BUPATI)
9. H. RUSDI MASSE (2013 – 2018)
    IR. H. DOLLAH MANDI (WAKIL BUPATI)

B. KETUA DPRD, MASING-MASING :
1. H. LAPADDONG DG BANGUNG (1961 – 1964)
2. A S A P E (1965 – 1966)
3. M. ASAP DALLE (1966 – 1971)
4. ANDI SINRANG DJAGO (1971 – 1977)
5. H. ANDI MAPPEJEPPU, BA (1977 – 1982) (1982 – 1987)
6. Drs. H. SAIRING DJAFAR (1987 – 1992) (1992 – 1997)
7. H. SYAMSUDDIN MASSA (1997 – 1999)
8. H. ANDI RANGGONG (1999 – 2003)
9. H. ANDI BAGENDA ALI (2003 – 2009)
10. A. SUKRI BAHARMAN, SE (2009 – 2014)

Dalam Perkembangan selanjutnya, dengan pertimbangan efektif pelaksanaaan pemerintahan, Ke-7 (Tujuh) Kecamatan tersebut dimekarkan menjadi sebelas kecamatan sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 10 Tahun 2000 Tentang pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan, maka :
  • Kecamatan Dua PituE dimekarkan menjadi tiga yaitu Kecamatan Dua PituE, Kecamatan Pitu Riase dan Kecamatan Pitu Riawa. •
  • Kecamatan MaritnengngaE dimekarkan menjadi Dua Yaitu Kecamatan MarintengngaE dan Kecamatan Sidenreng. •
  • Kecamatan Panca Rijang dimekarkan menjadi Dua yaitu Kecamatan Panca Rijang dan Kecamatan Kulo.
Hari Jadi Sidenreng Rappang yang diperingati pada Tanggal 18 Pebruari 2014, adalah hari jadi Sidenreng Rappang ke-670, sesuai perhitungan yang telah ditetapkan, yakni tanggal 18 Pebruari 1344 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009, sedangkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Sidenreng Rappang yang Ke-54, diperingati dengan berpatokan pada saat Pelantikan Bupati Sidenreng Rappang yang pertama pada Tanggal 18 Pebruari 1960. Demikian sekilas sejarah singkat Hari jadi Sidenreng Rappang yang dapat dikemukakan pada kesempatan ini, sekaligus cerminan dalam upaya untuk melestarikan jiwa semangat “NENE MALLOMO” dengan Prinsip “LEMPU, GETTENG, ADATONGENG”, sehingga nilau juang menurut MOTTO “RESOPA TEMMANGINGNGI NAMALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA”, dapat mengantarkan segala aktifitas serta senantiasa di RIdhoi oleh Allah swt.(edit AE)

Profil Wilayah

PENGGUNAAN LAHAN

KONDISI HIDROLOGI

KONDISI KLIMATOLOGI

KONDISI GEOLOGI

LETAK, LUAS DAN BATAS WILAYAH

KONDISI TOPOGRAFI

VISI DAN MISI

STRUKTUR EKONOMI

DEMOGRAFI

SEJARAH KABUPATEN SEDENRENG RAPPANG