Program pengarusutamaan naskah nusantara menjadi salah satu fokus Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Sidrap dalam upaya melestarikan warisan budaya berupa naskah kuno.
Belum lama ini, mereka melakukan penelusuran dokumen atau manuskrip guna menggali falsafah La Pagala, cendekiawan Bugis Sidrap, yang terkenal dengan gelar Nene Mallomo.
Dalam penelusurannya, DPK Sidrap mengunjungi tokoh masyarakat dan tokoh adat. Salah satunya, Andi Muhammad Saleh yang beralamat di Jalan Lanto Dg Pasewang, Kelurahan Pangkajene, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap.
Kepala DPK Sidrap, Ahmad Dollah mengungkap, dalam kunjungan itu mereka mendapati manuskrip berjudul “Terdjemahan Lontarak LA TOWA” oleh Andi Baoesat.
“Itu manuskrip lontara Nene Mallomo yang sudah dialihmediakan dari tulisan lontara, namun masih perlu terjemahan ke bahasa Indonesia,” terangnya, Senin (3/6/2024).
“Sementara dialihmediakan untuk menambah koleksi di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Sidrap,” imbuh Ahmad.
Ia selanjutnya mengutarakan, falsafah Nene Mallomo menjadi pengetahuan berharga di era modern, mengingat nilainya yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
“Nene Mallomo mewariskan panduan bercocok tanam dan pesan-pesan penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutur mantan Kadis Perdagangan dan Perindustrian Sidrap ini.
Lebih jauh Ahmad menjelaskan, pengarusutamaan naskah nusantara merupakan program Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya naskah kuno Nusantara sebagai warisan budaya bangsa.
“Program pengarusutamaan naskah nusantara, menelusuri manuskrip atau dokumen yang sudah berusia 50 tahun ke atas. Untuk di Sidrap berupa lontara Nene Mallomo. Diharapkan menjadi bahan atau media pembelajaran bagi masyarakat khususnya generasi muda,” paparnya.
Sebagai langkah selanjutnya, Perpustakaan Umum Daerah akan berkolaborasi dengan pemerintah desa untuk membentuk perpustakaan desa, memperluas akses terhadap bahan bacaan, serta memperdalam pengarusutamaan naskah-naskah nusantara.
“Kita akan bersinergi untuk melakukan pengarusutamaan naskah nusantara atau naskah kuno, dengan menelusuri manuskrip yang memuat sejarah terbentuknya suatu pusat pemerintahan di desa,” sebutnya.
“Sehingga dapat dibuat suatu buku terbentuknya suatu desa atau ‘akkarungeng’, dengan harapan ke depan anak cucu kita tidak kehilangan jejak terhadap sejarah dan kebudayaan daerah,” pungkasnya.
Pewarta/Editor: NURYADIN SUKRI